Cover Book Gulshan Esther (Gulshan Fatima) The Torn Veil (Kerudung yang Terkoyak) |
Gulshan Esther lahir dengan nama asli Gulshan Fatima Shah di tahun 1952 dari keluarga Islam Shiite Pakistan yang saleh dan kaya. Dia berasal dari garis keturunan Sayed, yang merupakan keturunan langsung dari Fatima, anak Muhammad. Garis keturunan ini dipercaya sebagai anugerah untuk masuk surga. Tapi akses masuk surga ini bisa batal andaikata orang itu melakukan dosa besar seperti bunuh diri. Pada usia enam bulan, Gulshan menderita penyakit tipus, dan setelah itu, polio, yang mengakibatkannya lumpuh berat. Bagian kiri tubuhnya lumpuh, dengan kedua kaki dan tangan menggantung dan tidak berfungsi. Seringkali pada masa kecilnya, ia melihat dengan iri anak2 lain yang bermain, loncat, dll, menyadari bahwa ia tidak akan bisa melakukan hal itu untuk selamanya.
Video Kesaksian Gulshan Esther
Ayah Golshen adalah pemimpin umat Muslim yang sangat dihormati. Dia menyekolahkan Gulshan in di sekolah Islam sejak usia muda. Gulshan tidak pernah lalai sembahyang lima kali sehari dan pada usia 7 tahun ia mulai mengenakan pakaian wanita Muslim. Ia merinding melihat cara berpakaian wanita Barat yang tidak menutupi kepala dan kaki mereka. Meskipun ia anak paling kecil dari lima bersaudara, ayah Gulshan selalu memberikan perhatian khusus untuknya karena kelumpuhan fisiknya. Dengan tidak mengecilkan rasa cinta pada anaknya, ayah Gulshan sebenarnya memberikan perhatian khusus ini juga demi menghormati keinginan almarhum ibu Gulshan yang memintanya untuk tidak menikah lagi (diperbolehkan dalam Qur'an) untuk merawat Gulshan. Ia dengan senang hati menerima dan melakukan permintaan ibu Gulshan dengan sekuat tenaga sampai akhir hayatnya.
Ayah Gulshan selalu berharap ia bisa menemukan obat yang bisa menyembuhkan anak perempuannya. Tapi pencariannya di Pakistan tidak menghasilkan apapun. Karena putus asa, pada tahun 1966, ia membawa anaknya ke Inggris dengan keyakinan bahwa dokter2 Inggris mampu menyembuhkan Gulshan. Begitu besar rasa percayanya sehingga dia sudah merencanakan perjalanan ke Mekah dan Medinah untuk menyatakan terima kasih kepada Allah karena telah menyembuhkan anaknya.
Rasa percayanya yang besar itu kemudian sirna. Pada pemeriksaan oleh dokter di kamar hotel di London, dokter menyatakan bahwa Gulshan tidak punya harapan untuk bisa disembuhkan. Gulshan mengingat kejadian itu lagi di kemudian hari dan kala itu dia mendengar dokter berkata pada ayahnya,"Tiada obat bagi putrimu, yang ada hanya doa." Waktu itu Gulshan heran bahwa orang kafir bisa berkata demikian.
Biarpun dikatakan oleh orang kafir atau bukan, ayah Gulshan ternyata percaya akan hal itu. Dia lalu tetap dengan rencananya melakukan ibadah haji di Mekah, bukan untuk berterimakasih pada Tuhan seperti rencana semula, tapi untuk melakukan usaha penyembuhan anaknya. Semua usaha manusia sudah dicoba dan gagal. Sekarang waktu untuk (ucapan dia sendiri) "mengetuk pintu surga."
Segera Gulshan, ayahnya, dan kedua pembantunya pergi ke Mekah. Mereka diterima di Jeddah oleh seorang Sheikh, kawan ayah Gulshan dan pemilik tanah yang kaya raya. Mereka membuat rencana matang untuk menunaikan ibadah haji. Dua domba kurban dipesan untuk setiap orang agar doa mereka diterima.
Gulshan duduk di atas kursi roda dan didorong menuju perkemahan haji. Lalu Gulshan diletakkan di atas usungan kayu dan diangkat oleh empat orang laki mengelilingi Ka'abah. Gulshan bahkan diizinkan mencium batu hitam itu, dengan sangat yakin bakal sembuh karenanya.
Setelah ternyata Gulshan tidak sembuh jua, dia lalu dimandikan dengan air zam-zam, yang terkenal sebagai air suci yang bisa menyembuhkan, dan dia juga lalu mengunjungi makam Muhammad di Medina. Dia bahkan diberi izin khusus untuk berdoa di tempat itu minta disembuhkan. Karena belum juga sembuh, mereka lalu mengunjungi berbagai tempat suci Islam di Yerusalem dan Irak, tapi hasilnya tetap nihil.
Setelah melakukan perjalanan selama sebulan, mereka lalu pulang kembali ke Pakistan dengan rasa kecewa berat. Jika penunaian ibadah haji merupakan `jalan ke surga' seperti yang ayah Gulshan kira, maka pintu surganya ternyata tetap tidak dibukakan.
Gulshan Esther |
Celakanya, kelumpuhan Gulshan semakin meningkat. Bukan hanya tidak ada obat, tapi dia juga sekarang (seperti yang kemudian hari ia tulis) "lumpuh secara jiwa dan raga" dengan arti rasa putus asa benar2 sudah meliputinya. Segala usaha pertolongan dari manusia dan Illahi telah dicoba dan hasilnya nol.
Seluruh keluarga Sayed berduka dan dengan sia2 berusaha membangkitkan semangat Gulshan. Gulshan dengan setia tetap melakukan ibadahnya, tetapi semakin merasa putus asa.
Lalu, dua tahun setelah perjalanan ke tanah suci, ayah Gulshan tiba2 meninggal karena radang paru2. Kejadian ini terlalu berat buat Gulshan dan beberapa kali dia berpikir serius untuk bunuh diri. Hanya berpikir untuk bunuh diri atau benar2 berbuat saja bisa2 membuat Gulshan tidak bisa masuk surga untuk bertemu dengan ayahnya nanti. Meskipun ingin bunuh diri sekalipun, ia juga tidak bisa melakukannya sebab tangan dan kakinya tidak bisa digerakkan untuk menggantung diri, mengambil pisau, atau meminum racun. Gulshan berdoa kepada Allah untuk mengambil nyawanya. Dia tidak mengerti mengapa orang sebaik ayahnya yang berguna melayani masyarakat diambil nyawanya oleh Tuhan, sedangkan anaknya yang lumpuh dan tidak bisa apa2 dibiarkan hidup. Kenapa tidak dia saja yang mati? Benar2 tidak adil!
Sejak masa kecilnya, Gulshan melakukan sembahyang pertama jam 3 pagi setiap hari. Tapi setelah kematian ayahnya, dia patah semangat dan merasa sukar menjalani kebiasaan sembahyangnya. Beberapa saat, dia hanya berbaring saja, sambil mendengarkan suara pelayannya yang menyiapkan kegiatan hari itu. Gulshan dipenuhi perasaan bahwa keberadaannya di dunia tidak ada gunanya.
Untuk pertamakali dalam hidupnya, Gulshan tidak mengucapkan ayat2 sembahyang yang seharusnya dalam bahasa Arab. Bahkan karena rasa putus asanya, dia hanya menangis pada Tuhan di dalam bahasanya sendiri (Urdu) dan berkata,"Saya mau mati saja, tidak mau hidup lebih lama lagi."
Pada saat itu, dia mengalami perasaan yang sama sekali baru. Meskipun tidak bisa dijelaskan, sepertinya ia merasa dalam sanubarinya bahwa ada keyakinan pasti tangisannya didengar. Dia sangat merasakannya. Seseorang mendengar tangisnya. Dengan pengetahuan dan keyakinan ini, muncul rasa berani dalam dirinya untuk melakukan hal yang sebelumnya tidak pernah terlintas di benaknya. Dia seakan sadar bahwa yang mendengarnya adalah Tuhan, dan Gulshan sendiri berbicara sepertinya Dialah yang memegang kendali hidupnya.
Dengan cara yang sangat tidak Islami dalam mengahadapi Tuhan, Gulshan menantang Dia dengan pertanyaan,"Dosa apa yang aku lakukan sehingga Engkau membuatku sesengsara ini? Sejenak setelah aku lahir, Kau ambil ibuku. Lalu aku lumpuh. Sekarang Kau ambil ayahku. Katakan padaku, mengapa Kau hukum aku seperti ini?"
Setelah ledakan pertanyaan ini, sunyi sejenak. Lalu terdengar suara lembut,"Aku tidak akan membiarkanmu mati. Aku akan tetap membuatmu hidup."
Di kemudian hari Gulshan menerangkan bahwa suaran itu sangat jelas terdengar, meskipun dia tidak bisa menjelaskan suara itu seperti apa. Dia mengumpakan suara seperti "hembusan udara" yang menembus melewatinya, tapi itu adalah komunikasi yang jelas sehingga dia juga bisa menerangkan bahwa suara itu berbahasa Urdu.
Pesan suara itu tidak menyenangkan hati Gulshan. Dia tidak ingin mendengar Tuhan membiarkannya hidup. Ia ingin Tuhan mengambil nyawanya. Lalu ia berkata padaNya, "Apa gunanya membiarkanku hidup? Saya lumpuh. Waktu ayah masih hidup, paling sedikit saya bisa membagi perasaan dengan dia. Sekarang dia telah pergi dan saya tidak punya harapan dan tiada guna hidup ini."
Suara itu terdengar lagi, "Siapa yang memberi mata pada orang buta? Siapa yang menyembuhkan orang sakit? Siapa yang menyembuhkan orang sakit kusta dan membangkitkan orang mati? Sayalah Yesus, anak Maria. Baca tentang Aku di dalam Qur'an mu, di Sura Maryam."
Malam berikutnya, Gulshan meminta pelayannya memberinya bagian Qur'an yang berisi Sura Maryam. Tetapi ia merasa kesusahan membaca huruf Arab dan tidak begitu mengerti apa yang tertulis. Lalu terlintas pikiran untuk membaca Qur'an versi Urdu. Ini pikiran yang radikal buat Muslim sejati. Muslim percaya bahwa bahasa Arab adalah bahasa Surgawi dan Qur'an semestinya dimengerti melalui bahasa aslinya. Menerjemahkan Qur'an ke bahasa lain dianggap dapat menghilangkan sebagian maknanya.
Meskipun begitu, karena Gulshan berpikir bahwa Yesus bicara dengan dia dalam bahasa Urdu, Tuhan tentunya tidak keberatan dengan bahasa Urdu dan Qur'an versi Urdu semestinya diterima juga olehNya.
Pada waktu itu, Gulshan tidak pernah ingat pernah mendengar nama Yesus. Semestinya ia pernah mendengar nama itu sewaktu belajar Qur'an, tapi tentunya waktu itu nama tersebut tidak ada arti baginya. Tapi sekarang dengan membaca Sura Maryam untuk pertama kali dalam hidupnya dengan bahasanya sendiri ia bisa membaca: Malaikat bicara pada Maryam: Allah menganugerahkan FirmanNya bagimu. Namanya adalah Mesiah (Juru Selamat), Jesus anak Maryam. Dia akan dimuliakan di dunia dan di surga. Allah akan menyayangiNya. Dia akan berkhotbah untuk manusia dari tempat lahirnya (ayunan bayi) dan pada waktu dewasa dia akan memimpin hidup yang benar. Selama tiga tahun Gulshan membaca bagian Qur'an tentang Yesus berulang-ulang, terutama pada malam hari setelah sembahyang terakhir di hari itu. Sekali dia tanya pada bibinya apakah dia tahu tentang Yesus. Bibinya dengan raut muka yang tidak suka bilang bahwa Yesus adalah nabi di Qur'an yang mencelikkan orang buta, menghidupkan orang mati, dan akan datang lagi ke dunia.
Tidak banyak yang terjadi selama tiga tahun itu, tetapi Gulshan terus-menerus berdoa melalui ayat2 pendek itu. Ia mulai merasa punya harapan padahal sebelumnya ia putus asa sama sekali. Dia jadi yakin jika ada yang menyembuhkan, pasti Dia itu Yesus! Tapi dia juga mulai lelah menunggu dan mulai berdoa langsung pada Yesus. Gulshan menantangNya, jika Dia bisa menyembuhkan orang sakit kusta dan membangkitkan orang mati, apakah Dia akan menyembuhkannya? Gulshan bahwa mulai menambah sembahyangnya dengan kalimat "O Yesus anak Maryam, sembuhkanlah aku." Dia mengulang kata2 ini setiap kali sembahyang dan bahkan juga sewaktu memegang satu persatu manik2 kalung doa yang dia beli dari Mekah.
Suatu pagi, Gulshan bangun jam 3 pagi seperti biasa dan duduk di tempat tidurnya, siap untuk membaca, tapi diam2 dia mulai berdoa minta kesembuhan. Tiba2 dia berhenti berdoa. Beberapa pertanyaan timbul di kepalanya. Kenapa sampai sekarang dia belum juga disembuhkan? Apakah dia tidak berdoa pada Yesus dan tidak cukup membaca Sura Maryam itu? Kenapa Yesus memberinya harapan tapi lalu tidak melakukan apa2 padanya?
Dia lalu berkata dengan berani pada Yesus, "Yesus," katanya, "Saya tahu Engkau hidup. Engkau sudah bicara padaku. Tertera di Qur'an bahwa Engkau menyembuhkan orang sakit. Engkau dapat menyembuhkan aku tapi aku tetap saja lumpuh. Kenapa?"
Doanya dijawab dengan kesunyian. Sekali lagi dia menangis keras, "Jika Engkau bisa, sembuhkan aku! Kalau tidak, katakan kenapa? Aku tidak bisa hidup seperti ini." Seketika ruangan dipenuhi lautan cahaya. Pertama-tama, Gulshan berpikir bahwa ini pasti cahaya yang datang dari lampu bacanya, tapi lampu itu jauh terlalu redup. Pikirnya, mungkin lampu dari luar dinyalakan oleh tukang kebun untuk menakuti pencuri mangga atau, mungkin, tukang kebun itu menyiram tanaman di pagi buta. Tapi semua pintu dan gorden tertutup dan tidak ada cahaya luar yang bisa masuk ke dalam rumah.
Pada saat ini, Gulshan mulai takut dan bersembunyi di bawah selendangnya. Tapi sesuatu membuatnya terus melihat cahaya yang terus-menerus bertambah terang sampai lebih terang dari cahaya di siang hari. Perlahan, tidak jauh dari tempat tidurnya, di tengah2 cahaya tampak 13 sosok manusia yang semakin jelas. 12 orang berdiri berbaris, tapi yang ke-13 (di tengah2) tampak lebih besar dan bersinar lebih terang dibandingkan yang lain.
Sekarang Gulshan gemetar ketakutan dan berdoa pada Tuhan untuk memberitahu siapa orang2 ini dan bagaimana mereka bisa masuk kamarnya padahal semua pintu dan jendela ditutup.
Ketika itu pula Orang yang berdiri di tengah berkata. "Bangun, " perintahNya. "Inilah jalan yang telah kaucari. Akulah Yesus, anak Maryam, kepada siapa engkau berdoa dan sekarang Aku berdiri di depanmu. Bangun dan kemarilah."
Gulshan mulai menangis dan protes bahwa dia terlalu lumpuh untuk menuruti perintahNya. Tapi Dia mengulangi perintahNya dan sekali lagi mengatakan bahwa Dia itu Yesus.
Gulshan masih ragu dan Dia mengatakan kalimatNya untuk kedua kalinya . lalu ketigakalinya pada waktu Gulshan belum juga bereaksi. Pelan2 Gulshan mulai merasakan kekuatan baru mengalir di anggota2 tubuhnya yang lumpuh. Dia meletakkan satu kakinya di lantai dan berdiri. Lalu, ajaib, dia lari dan bersimpuh di hadapan kakiNya. Gulshan merasa mandi cahaya yang termurni seakan matahari dan bulan bersama-sama menyinarinya. Cahaya itu tampaknya menembus hatinya, menampakkan banyak hal pada saat itu.
Yesus meletakkan tanganNya di kepala Gulshan, dan pada saat itu pula, ia melihat ada lubang di tanganNya dan melalui lubang ini cahaya menembus dan menyinari gaun tidurnya yang berwarna hijau sedemikian terangnya sampai gaun itu tampak putih. Dia berkata, "Akulah Yesus. Akulah Immanuel. Akulah Jalan, Kebenaran, dan Hidup. Aku hidup dan sebentar lagi Aku datang. Mulai hari ini, engkau jadi saksiKu. Apa yang kau lihat sekarang dengan matamu dan kau dengar dengan telingamu harus kau sampaikan pada umatKu. Mulai sekarang engkau harus menjaga jubah dan badanmu tetap tanpa noda. Kemanapun kau pergi, Aku akan menyertaimu dan mulai hari ini engkau harus berdoa seperti ini ."
Dia lalu mengajarinya doa yang kita kenal sebagai Doa Bapa Kami. Tentu saja Gulshan belum pernah mendengar doa ini, dan tidak tahu tentang doa ini.
Pada waktu Gulshan melihat kaki dan tangannya, tampak di situ ada daging. Tapi tangannya, meskipun punya tenaga dan tidak layu sama sekali, tetap terasa kurang sempurna. Waktu dia bertanya tentang ini pada Yesus, Ia menjawab dengan lembut bahwa ia harus menjadi saksiNya. Sisa2 kelumpuhan pada tubuhnya untuk menunjukkan pada orang yang tidak percaya bahwa kesembuhan telah terjadi di bagian tubuh yang lain.
Dengan ini, penampakan Illahi pun berangsur hilang, tapi mata Gulshan yang telah terterpa sinar yang begitu dahsyat masih terasa sakit bahkan untuk melihat lampu bacanya yang redup. Dia meraba dan membuka laci mejanya dan menemukan kacamata gelap yang biasa dipakainya di kebun. Setelah dipakai, dia bisa membuka matanya dengan enak. Ini menunjukkan bahwa penampakan Illahi itu (meskipun tidak bisa dibuktikan) bukanlah khayalan pribadi Gulshan. Kita diingatkan tentang perjalanan Paulus ke Damaskus dan Sundar Singh dan pada kenyataan bahwa mereka berdua mengalami penampakan Illahi akan Yesus yang berbeda dengan Gulshan.
Sekarang sudah jam 4 pagi. Satu jam sudah berlalu setelah Gulshan bangun tidur. Dipenuhi rasa syukur yang tidak pernah dialaminya selama 19 tahun masa hidupnya, ia tidak bisa tidak berjalan-jalan mengelilingi kamar tidurnya sambil memuji Tuhan. Bibinya yang mendengar langkah kaki di kamarnya menuduhnya berbohong waktu Gulshan berkata bahwa dialah yang berjalan-jalan itu.
Gulshan berkata, "Datang ke sini dan lihat sendiri!" Seluruh rumah heran sekali melihat apa yang terjadi. Orang2 dari daerah sekitar atau jauh datang melihat sendiri keajaiban ini. Penglihatan rohani akan Yesus terjadi lagi. Melalui penglihatan ini, Yesus menyuruhnya untuk memiliki Kitab Perjanjian Baru (KPB). Dia diberitahu tentang hamba Tuhan dan bahkan diberi petunjuk di mana orang ini berada. Orang ini, menurut penglihatan itu, bisa memberinya sebuah KPB.
Dengan mengikuti petunjuk itu, dia menemukan hamba Tuhan ini yang ternyata seorang Mayor Bala Keselamatan (Salvation Army) dan juga punya beberapa buah KPB. Dengan sedikit ragu, dia memberi sebuah KPG untuk Gulshan dan membantunya mengambil langkah pertama dalam kehidupan spiritualnya.
Gulshan telah membaktikan dirinya kepada Yesus sebagai Juru Selamatnya dan bukan hanya sebagai Penyembuh. Karena itu, ia berangsur-angsur yakin bahwa dia harus mengumumkan kenyataan ini melalui baptis. Bala Keselamatan biasanya tidak menerima sakramen baptis dalam bentuk seutuhnya. Mereka melihat baptis sebagai di pengalaman dalam jiwa dan rohani ketika orang memberikan hidup pada Yesus. Tapi Gulshan bertambah yakin pengalaman di `dalam' bathin (setidaknya dalam kasusnya) ini harus juga dinyatakan di `luar' (jasmani).
Bala Keselamatan takut kalau tindakan di `luar' ini bisa menimbulkan bahaya. Ini bukan lagi masalah keTuhanan semata. Hamba Tuhan (Mayor) ini memberitahu Gulshan secara jelas bahwa dibaptis secara jasmani akan sangat berbahaya baginya. Mayor bilang Gulshan mungkin tidak akan pernah bisa kembali ke rumahnya lagi dan bahkan bisa dibunuh. Bahkan keluarga yang sangat menyayangi seperti keluarganya sekalipun bisa berubah sama sekali jika mereka melihat satu anggota keluarganya berpaling dari agama Islam.
Paman Gulshan sudah melihat kemungkinan terjadinya badai keluarga. Dia berkata bahwa Gulshan bisa memberikan apapun yang Yesus minta, selama dia tidak meninggalkan negerinya dan agamanya. Pada prinsipnya, paman itu berkata Gulshan bisa memberikan apapun yang Yesus minta, asalkan jangan dirinya sendiri. Inilah tindakan yang Yesus inginkan dari setiap pengikutNya.
Kakak laki Gulshan yang bernama Safdar Shah berkata bahwa demi kepentingan Islam, dia atau anggota keluarga lain bisa membunuhnya, dan hal itu diizinkan dalam Qur'an.
Meskipun begitu, Gulshan merasa dia tidak bisa menjadi saksi yang efektif bagi Yesus Kristus jika dia tidak mengumumkan imannya. Dia berkata pada Mayor, jika itu memang kehendak Tuhan, dia siap untuk mati demi Kristus daripada harus hidup tanpa Dia.
Dengan ini, Mayor mengatur agar Gulshan pergi dengan istrinya ke sebuah rumah di Jalan Karachi. Rumah ini milik Pendeta dan Nyonya Aslam Khan. Pasangan ini punya pelayanan khusus bagi orang Islam yang berganti agama.
Aslam Khan membaptis Gulshan dan ini otomatis memisahkannya dari keluarganya. Pasangan Khan menerima Gulshan di rumah mereka. Awalnya, hubungan Gulshan dengan Ny. Khan kurang baik. Gulshan harus membantu melakukan pekerjaan rumah tangga . sesuatu yang tidak pernah dilakukannya. Tapi dengan contoh dari KPB waktu Yesus membasuh kaki2 murid2Nya, Gulshan dapat memperbaiki diri dan hubungan dengan Ny. Khan membaik.
Lalu ada masalah lain seperti cara pandang yang berbeda dengan Ny. Khan. Segera setelah dibaptis, Gulshan dipenuhi keinginan untuk pergi ke luar dan memberitakan dunia apa yang terjadi pada dirinya. Tapi Pendeta Khan tidak setuju. Menurutnya, Gulshan cukup bersaksi melalui perbuatan and tidak dengan mulutnya. Dia tampaknya yakin bahwa penyebaran iman Gulshan dilakukan di dalam rumah saja. Mayor lalu memberi pekerjaan buat Gulshan untuk bekerja sebagai pengurus di sekolah bagi orang buta. Anehnya, pasangan Khan tidak mencoba mengetahui bagaimana Gulshan menerima Yesus dan tidak pula belajar dari pengalaman rohaninya sampai tahun2 berikutnya di mana Gulshan sudah menjadi penginjil yang terkenal. Mungkin karena pengalaman awal yang kurang menyenangkan, pasangan Khan lebih tertarik pada ketulusan hati Gulshan sewaktu hidup di Jalan Karachi.
Seperti yang telah diduga Mayor, dan Gulshan sendiri sudah tahu pasti, hampir seluruh keluarganya menolaknya, meskipun beberapa anggota keluarga bisa bertoleransi. Di suatu kejadian, keponakannya mengundang Gulshan untuk datang di perkawinannya. Gulshan ragu2 menyempatkan diri untuk datang di tengah2 kegiatannya yang sibuk. Pengalamannya ternyata tidak enak karena beberapa anggota keluarga menuduhnya `gila' dan bahkan memutuskan hubungan keluarga. Setelah pesta selesai, tidak seorang pun mau memberi tumpangan kendaraan ke stasiun bis kota, padahal sudah mulai malam. Sanak keluarganya berkata, "Kami tidak mau kau mengotori mobil kami." Mereka bilang, "Minta diantar saja sama Yesus-mu."
Inilah yang kemudian dilakukan Gulshan. Seketika itu juga, dia merasakan kehadiran Tuhan di sekelilingnya dan membuatnya merasa aman di tempat yang gelap dan sepi.
Tiba2, dia mendengar suara motor riksaw (becak Pakistan) di belakangnya. Gulshan meminta becak itu berhenti dan minta diantar ke stasiun bis kota. Tukang becaknya menganggukkan kepala dan mereka lalu meluncur ke jalan raya, melampaui jarak 15 mil dengan kecepatan yang memecahkan rekord. Sewaktu tiba, tukang becak mengangkut kopernya ke Jalur Bis Angkutan Watan dan meletakkannya di bawah tempat duduk di salah satu bis. Gulshan tidak pernah melihat muka tukang becak itu sebab tampaknya mukanya ditutupi topi dan dia berpakaian panjang warna coklat. Ketika Gulshan mau bayar, tukang becak itu menggelengkan kepalanya dan berkata Tuhan telah mengirim dia untuk menolong Gulshan dan dia berharap Gulshan bisa pergi dengan rasa damai. Gulshan berhasil mengintip mata tukang becak itu, yang, katanya, bersinar sangat terang sehingga sinar itu menutupi mukanya. Ketika tukang becak itu membalikkan tubuh dan pakaian panjangnya, Gulshan melihat nama "Petrus" dalam bentuk huruf2 yang bercahaya di tangannya!
Panggilan Yesus pada Gulshan adalah agar dia pergi ke umat Tuhan, tapi dia tidak begitu tahu siapakah `umat Tuhan' itu. Suatu hari, ketika dia sedang berdoa, dia melihat ke atas dan melihat sebuah pilar berkabut yang berdiri dari lantai ke langit2 kamarnya. Yesus berdiri di dalam kabut itu dan memanggil dia untuk datang padaNya.
Yesus lalu meletakkan tanganNya ke atas kepala Gulshan dan dia merasa tubuhnya naik ke atas seakan melayang di angkasa. Dia menutup matanya dan setelah membuka lagi, dia ternyata berada di daerah terbuka yang tak terbatas. Terasa nyaman dan hijau dan figur orang2 tampak dengan jarak yang berbeda-beda dari dirinya. Semua figur itu mengenakan mahkota di kepalanya dan berpakaian sangat terang yang menyilaukan matanya.
Suara musik yang merdu terdengar mengalun dan orang2 menyanyikan `Suci' dan `Puji Tuhan', kata2 yang (pada saat itu) sangat asing buat Gulshan. Orang2 tersebut semuanya memandang Yesus dan berkata, "Dialah domba yang dipersembahkan. Dia hidup."
Lalu Yesus mengatakan pada Gulshan bahwa merekalah umatNya, dan mereka bicara benar dan mereka tahu bagaimana berdoa sebab mereka percaya pada Anak Allah.
Gulshan lalu menyadari bahwa umatNya adalah orang Kristen dan dia yakin kepada merekalah dia harus menyampaikan pesanNya. Dia harus bersaksi tentang apa yang Yesus lakukan pada dirinya dan mengatakan pada umatNya bahwa Yesus itu hidup dan akan segera datang lagi. Gulshan ingin segera meneriakkan pesan ini ke seluruh dunia. Tapi, pertama-tama, dia harus menjalani beberapa latihan penting, meskipun latihan ini tampaknya membelokkannya dari tujuan semula. Pekerjaan pertamanya di sekolah buta melatihnya untuk terus bersyukur di dalam masa sukar dan penderitaan. Anak2 muda buta di sekolah itu tidak menghabiskan waktu mereka dengan mengeluh, tapi mencari kualitas diri yang tadinya tidak mereka temukan dan dengan ini mereka mencari kebahagiaan yang baru.
Pekerjaan Gulshan selanjutnya adalah menjadi wartawan majalah mingguan. Meskipun pekerjaan ini sangat berbeda dengan panggilan Illahinya, tapi pekerjaan ini mengajarnya bagaimana mewawancarai dan merekam dengan seksama. Kemampuan ini nantinya sangat berguna sewaktu dia menulis buku2nya.
Pada hari terakhir tahun 1975, dia menerima undangan pertama untuk bicara di Foreman Christian College di Lahore. Setelah itu mulailah perjalanannya ke segala penjuru Pakistan untuk mengunjungi kelompok2 tertentu dan memimpin kelas2 Alkitab.
Pada bulan September 1982, dia berangkat ke Inggris. Ini merupakan bagian awal penginjilan internasional ke Eropa dan Kanada. Dia bicara di radio, merekam kesaksiannya dalam tape dan akhirnya menulis dua buku. Ribuan orang sekarang telah mendengar dan membaca kisahnya. Tak terhitung jumlah umat Kristen yang dikuatkan imannya dan banyak Muslim yang mempertanyakan iman mereka. Banyak orang yang menemukan Yesus untuk pertama kali dalam hidupnya. Yang lain banyak yang menyerahkan diri kembali pada Yesus. Tak terhitung jumlah yang menerima kesembuhan jasmani, meskipun Gulshan tidak pernah ingin dikenal sebagai penyembuh, atau bahkan mempromosikan Yesus sebagai Penyembuh. Baginya, yang pertama dan merupakan kebutuhan yang terpenting adalah Keselamatan. Dan ini berarti menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat yang hidup dan yang akan datang lagi.
Hampir dua tahun berikutnya, dia kembali ke Pakistan. Di sini dia menjadi lumpuh lagi. Kali ini dia mengalami stroke yang mengakibatkannya harus berbaring di tempat tidur untuk sementara waktu. Kejadian ini dipakai kakak lakinya sebagai kesempatan untuk mencobanya kembali ke Islam, tapi Gulshan menolak pandangan kakaknya bahwa Yesus pasti sudah meninggalkannya. Gulshan mengerti lebih baik dan bahkan menyadari bahwa keadaan sakitnya saat itupun dipakai untuk memuliakan namaNya. Karena Gulshan tetap tidak mau berubah iman, kakak laki2nya memutuskan segala sisa hubungan persaudaraan yang masih ada. Sebagai tanda sayang dan peduli, ia menyelipkan sejumlah uang di bawah bantal Gulshan sebelum dia pergi meninggalkan kamar dan hidup Gulshan.
Gulshan tadinya berharap untuk tetap tinggal di Pakistan seumur hidupnya. Tapi di awal tahun 1985, dia kembali lagi ke Inggris memakai kursi roda, sama seperti 19 tahun pertama hidupnya. Kali ini tidak ada kesembuhan tiba2. Tapi kenyataan bahwa dia sampai saat itu masih hidup pun sudah dapat dianggap ajaib sebab para dokter di Pakistan setahun sebelumnya bilang bahwa dia tidak punya harapan hidup lagi. Tak lama setelah itu, Gulshan mengganti kursi rodanya dengan tongkat sebelum akhirnya tidak memakai pertolongan apapun untuk berjalan. Kekuatannya secara perlahan kembali dan sekali lagi dia berpergian ke seluruh dunia dan bicara di muka umum tentang perjumpaan Illahinya yang luar biasa.
Download Buku: The Torn Veil (Kerudung Yang Terkoyak)
Download Buku: The Torn Veil (Kerudung Yang Terkoyak)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar