Rev. John Hartman |
KETAATAN LEBIH BAIK DARIPADA KORBAN PERSEMBAHAN
"Beginilah firman TUHAN semesta alam: Aku akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir. Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai." - 1 Samuel 15:2-3 -
Adakalanya Tuhan meminta kita untuk melakukan hal-hal yang tidak masuk akal sama sekali. Seperti yang kita baca pada ayat diatas, Tuhan memerintahkan Saul untuk membunuh seluruh bangsa Amalek karena bangsa ini adalah bangsa penyembah berhala yang tidak takut Tuhan dan yang pernah menghalangi bangsa Israel ketika Tuhan membawa mereka keluar dari perbudakan Mesir.
Ia memerintahkan Saul untuk membinasakan SEMUANYA. Ia berhak karena IA Tuhan yang menciptakan mereka. Namun bagi kita manusia, perintah ini tentu terdengar kejam sekali dan sukar untuk dimengerti.
Karena itulah Saul memutuskan untuk mempertimbangkan perintah Tuhan ini dan akhirnya ia hanya melaksanakan sebagian saja dari yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Ia memang menumpas seluruh orang Amalek, namun demi kepuasan egonya sendiri ia tidak membunuh raja Amalek.
Dan demi menghina raja Amalek tersebut, ia memutuskan untuk menjadikannya sebagai tawanan. Dan dalam ketamakannya juga Ia berpikir, "Sayang kalau semua ternak bagus itu dibinasakan." Semua ternak terbaik Amalek dirampas olehnya. Atas inisiatifnya sendiri, Saul memutuskan untuk tidak taat pada Tuhan.
"Lalu Saul memukul kalah orang Amalek mulai dari Hawila sampai ke Syur, yang di sebelah timur Mesir.
Agag, raja orang Amalek, ditangkapnya hidup-hidup, tetapi segenap rakyatnya ditumpasnya dengan mata pedang. Tetapi Saul dan rakyat itu menyelamatkan Agag dan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, pula anak domba dan segala yang berharga: tidak mau mereka menumpas semuanya itu. Tetapi segala hewan yang tidak berharga dan yang buruk, itulah yang ditumpas mereka." - 1 Samuel 15:7-9 -
Lalu datanglah firman Tuhan kepada Samuel (nabi yang dahulu mengurapi Saul menjadi raja) serta memberitahukan kepadanya alasan mengapa Tuhan tidak berkenan atas tindakan Saul. Lalu Tuhan mengutus Samuel untuk menyampaikan firman-Nya kepada Saul.
"Sesudah itu berkatalah Samuel: "Bukankah engkau, walaupun engkau kecil pada pemandanganmu sendiri, telah menjadi kepala atas suku-suku Israel? Dan bukankah TUHAN telah mengurapi engkau menjadi raja atas Israel." - 1 Samuel 15:17 -
Dari ayat diatas kita dapat mengetahui bahwa pada mulanya Saul adalah seorang yang RENDAH HATI (bahkan cenderung minder). Meskipun sebetulnya rupanya tampan dan badannya tegap, ia tetap menganggap dirinya kecil dan tak berarti.
"Ada seorang dari daerah Benyamin, namanya Kish bin Abiel, bin Zeror, bin Bekhorat, bin Afiah, seorang suku Benyamin, seorang yang berada. Orang ini ada anaknya laki-laki, namanya Saul, seorang muda yang elok rupanya; tidak ada seorang pun dari antara orang Israel yang lebih elok dari padanya: dari bahu ke atas ia lebih tinggi dari pada setiap orang sebangsanya." - 1 Samuel 9:1-2 -
Pada waktu itu, Saul bukan siapa-siapa. Namun setelah Samuel mengurapi dia menjadi raja, setelah ia menjadi orang yang berkedudukan, setelah ia dipakai Tuhan dan mengecap berkat Tuhan, Saul mulai berubah. Saul yang dahulu rendah hati dan takut Tuhan, sekarang berubah menjadi Saul yang dapat berpikir bahwa ia tidak perlu taat sepenuhnya kepada Tuhan.
Ia menjadi SOMBONG !
"Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan." - Amsal 16:18 -
Seringkali KESOMBONGAN-lah yang menyebabkan kita menjadi tidak taat pada Tuhan dan mulai meragukan Firman-Nya. Ketika kita sudah merasa hebat dan mampu, seringkali kita merasa pintar dan lebih mengandalkan nalar dan logika kita sendiri daripada kedaulatan Firman Tuhan dan kuasaNya. Dahulu, ketika kita tidak memiliki apa-apa, ketika kita bukan siapa-siapa, ketika kita berada di lembah kehidupan, kita menjadi lebih mudah untuk taat pada Tuhan. Tetapi saat kita sudah memiliki banyak berkat, ketika kita memiliki kedudukan, ketika kita berada di atas gunung, maka sangat sukar bagi kita untuk taat dan dengar-dengaran pada suara lembut Tuhan yang berbisik dalam roh dan hati kita. Kita mulai menganalisa hal-hal yang sebenarnya sederhana dan mudah untuk dilaksanakan.
Ingat, firman Tuhan dengan tegas berkata, "...Manakah yang lebih disukai TUHAN, ketaatan atau kurban persembahan?
1 Samuel 15:22-23 Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan. Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar