Kesaksian Majed El Shafie Menemukan dan Mengikuti Yesus Juruselamatnya
Banyak orang di Timur Tengah, menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa
ibu, sedang mengalami pengalaman nyata berkaitan dengan kebenaran isi Alkitab, Yesus Kristus menampakan diri-Nya dan melakukan mujizat-mujizat yang luar biasa. Pengalaman
pribadi Majed El Shafie, seorang mahasiswa hukum lahir dan besar di Mesir adalah suatu kesaksian bahwa Alkitab
adalah Firman Allah dan Yesus adalah Tuhan Yang Mahakuasa.
Tulisan kesaksian di bawah ini adalah kumpulan dari beberapa
sumber. Semoga menjadi berkat bagi
setiap orang yang membaca dan menyaksikan video kesaksian ini.
Kesaksian: Mantan Muslim Merasakan Mukjizat Yesus
Sid Roth: Jesus Supernaturally rescues Moslem from Islamic
Police! (Judul asli video kesaksian)
Rev. Majed El Shafie – Egyptian Ex-Muslim Torture spurs man
to fight for religious freedom by MIKE MASLANIK
Tujuh hari siksaan yang sangat berat di penjara yang
paling ditakuti di seluruh Mesir tidak
membuat iman kepada Yesus Kristus dari Majed El Shafie gugur, sebaliknya siksaan berat
tersebut memacu dirinya untuk menolong orang-orang Kristen yang teraniaya di
seluruh dunia. Majed saat ini adalah
pendiri One Free World Ministires yang berpusat di Toronto, Kanada.
Majed terlahir di sebuah
keluarga Muslim sangat terpandang di Kairo, ibukota Mesir. Bapa dan
saudara laki-lakinya adalah para penasehat hukum yang sukses dan pamannya
bekerja sebagai Hakim Mahkamah Agung,
Majed sendiri adalah seorang yang mahasiswa hukum sebelum ia pindah dari Islam dan menjadi
seorang Kristen.
”Ketika kamu lahir kedalam
sebuah keluarga seperti ini, kamu memiliki banyak buku tentang hukum,
keadilan dan kebebasan,” Majed mengawali kesaksiannya.
Pada tahun ketiga pada kuliah
ilmu hukumnya di Alexandria, Majed terkejut mengetahui adalnya hukum
yang melarang pembangunan gedung-gedung gereja, namun mengijinkan membangun
bar-bar dan diskotik-diskotik. Dan hukum itu juga melarang merenovasi
bangunan-bangunan gereja kuno. Orang-orang Kristen diperlakukan lebih buruk dari masyarakat-masyarakat kelas
dua.
[Mesir, dan negara-negara Afrika Utara, adalah negara-negara
mayoritas Kristen sebelum orang-orang Islam merebut negara tersebut dengan
pedang].
Terpukul oleh ketidak toleransian yang tidak masuk akal
tersebut, ia mulai mencurigai ajaran Islam dan bertanya kepada dirinya sendiri,
”Mengapa ada pengainayaan terhadap pengikut agama Kristen?” Sebagai
seorang calon sarjana hukum, dan di besarkan dalam keluarga yang selalu
berurusan dengan masalah hukum, ia
berkesimpulan: “Musuh mencoba untuk menutupi sesuatu, ada sesuatu yang
disembunyikan.” Pencarian kepada keadilan dan kebenaran mulai berlangsung dalam
jiwa mahasiswa hukum ini.
Majed menghubungi teman baiknya, Tamer, seorang Kristen,
menanyakan pertanyaan yang sama, “Tamer, kenapa ada penganiayaan terhadap
orang-orang Kristen?”
Teman takut hubungan persahabatan mereka menjadi terpecah
karena pertanyaan tersebut, maka ia memberikan Alkitabnya, dan berkata, ”Pada
kitab ini, kamu dapat menemukan jawaban-jawaban untuk setiap pertanyaan yang
kamu miliki.”
Saat pertama kali Majed membuka Alkitab tersebut ia membaca
Injil Yohanes pasal 8 cerita tentang bagaimana Yeshua menangani kasus seorang
wanita yang tertangkap basah saat berzinah, ”Saya temukan bahwa Alkitab berisi
tentang keadilan, kasih dan pengampunan, lebih dari sekedar tentang hukum.” ia
berkata. ”Ini adalah pertaman kalinya saya melihat pengampunan sejati.”
Sejak itu ia mulai membaca Alkitab bersamaan dengna Al-Quran
untuk memperbandingkan keduanya. Hampir setahun kemudian, ia datang kepada
Tamer dan berkata, ”Tamer, saya sekarang tahu apa itu Kekristenan. Kristen bukanlah suatu agama. Kekristenan bukanlah pergi ke gereja setiap minggu dan
bernyanyi “Haleluya,” “terpujilah TUHAN” dan begitu lagi sampai Minggu depan.
Kristianiti adalah suatu hubungan intim bersama TUHAN ALLAH. Saya percaya dan mau
menerima Yesus ke dalam hatiku.”
Majed berpindah menjadi Kristen dan memulai
mengorganisasi jemaat bawah tanah yang telah menarik 24.000 (dua puluh empat
ribu) jemaat hanya di dalam dua tahun saja. Ini benar-benar gereja bawah tanah,
sebab mereka mengadakan ibadah mereka di goa-goa dipinggiran kota Alexandria.
Sementara ia memimpin gereja bawah tanah tersebut, ia berdiri
melawan dua Goliat; hukum pemerintah yang tidak adil dan ajaran Al-Quran, yang
dipakai pemerintah untuk membenarkan menganiaya para umat Kristen melalui bukunya.
Tahun 1998, pagi-pagi sekali
lima tentara dan dua polisi mendobrak pintu rumahnya dan membawanya ke kantor polisi untuk
diinterogasi. Penganiayaan terhadap orang Kristen di Mesirtrogasi, Polisi mencoba
mendapatkan dari Majed nama-nama orang Kristen yang berhubungan dengan dirinya.
Majed menolak. Polisi mengancam: ”Jika kamu ingin bermain keras, kami dapat
bermain keras!”
Dia segera digiring ke Penjara Abu Za’abal di Kairo, suatu
tempat yang dikenal di Timur Tengah sebagai
”Neraka di Bumi.” Dia dipenjara dengan tuduhan perkara membangkitkan
revolusi, mencoba merubah agama Mesir dari Islam menjadi Kristianiti dan
”menyembah dan mengasihi Yesus Kristus Tuhan.”
Di Abu Za’abal, nama dan indentitas resminya diganti, agar
keluarga dan organisasi kemanusia tidak bisa menemukan dirinya; ini adalah
praktek umum petugas penjara tersebut.
Sementara ia dipenjarakan, petugas penjara mengancam. Pada
hari yang sama mereka membawa Majed ke bagian bawah penjara dan menyiksa dia
selama tujuh hari berturut-turut; setiap hari tingkat siksaan semakin berat.
Pada hari pertama, kembali mereka bertanya siapa nama-nama
rekan Kristennya. Majed tetap tutup mulut untuk hal itu. Maka mereka membotaki
kepalanya dan menguyurnya dengan air panas dan kemudian air yang sangat dingin.
Majed tetap tidak membuka rahasia, Hari kedua, mereka lalu menggantung dia terbalik, kaki diatas
kepala dibawah. Dalam posisi seperti ini ia dipukuli dengan ban pinggang,
disunduti oleh rokok yang membara dan jempol kuku kakinya dirusak. Majed tidak
terguncang.
Hari ketiga, ia dibawah ke sebuah sel dan sementara ia berada
di sana dengan segala lukanya, mereka memasukkan tiga anjing ke dalam sel penjara tersebut. Anjing-anjing
ini adalah binatang yang telah dilatih untuk menyerang manusia dan memakan
daging manusia.
Ketika ia melihat tiga anjing digiring ke kamar selnya, ia
pergi kepojok sel dan duduk disitu menutup wajah dengan tangannya menantikan
penderitaan yang akan menimpa dirinya.
Anjing-anjing semakin dekat, namun tiba-tiba keajaiban
terjadi, ia tidak lagi mendengar suara-suara mereka. Ia tidak mengerti, apa
yang sedang terjadi, maka, “Saya angkat kedua tanganku dari mukaku untuk
melihat apa yang sedang terjadi.” Ternyata ketiga anjing tersebut hanya
duduk-duduk saja, sekalipun tuan mereka memerintahkan untuk menyerang. Merasa
tidak percaya apa yang petugas ini saksikan, ia membawa ketiga anjing itu
keluar dan meminta kepada rekannya tiga anjing yang lain. Ternyata peristiwa
mujizat itu berulang lagi, bahkan seekor anjing menghampirinya dan mulai
menjilati mukanya. [Telah diketahui umum, luka-luka pada kulit akan sembuh
segera melalui air liur anjing]. Mereka melihat mujizat Elohim di depan mata
mereka terjadi pada pemuda Kristen ini.
Hari keempat, petugas nomor 27, orang yang tinggi besar,
memasuki selnya dan berkata, “Dengarkan, berikan nama-nama teman kamu dan saya
akan melepaskanmu. Saya akan berikan kamu apa saja yang kamu mau, rumah besar,
mobil baru, wanita-wanita cantik? Akan saya berikan!
”Saya terima tawaran kamu!” Majed berkata, ”Namun
pertama-tama, saya belum makan selama tiga hari, bawalah makanan dan setelah
itu kita bisa bicara.” Ia mendapat makanan.
”Sekarang kamu beri saya tahu nama orang-orang yang bekerja
denganmu?” petugas itu berkata.
”Dengar, kelompok kami adalah kelompok yang sangat besar.
Saya tidak bisa memberikan semua nama mereka dan saya sendiri tidak bisa
mengingat semuanya. Namun, saya akan memberikan nama ketua kami. Kamu bisa
tangkap dia dan dia bisa memberikan dengan tepat nama semua anggota.”
”Saya pikir kamu adalah pemimpinya.”
”Bukan tuan, saya hanyalah seorang pelayan,” Majed menjawab
”Nama ketua kami adalah Yeshua Ha Mashiah. Jika Anda bisa
menangkap-Nya, tangkaplah.”
Penjaga nomor 27 ini marah besar. Ia menempeleng Majed
sehingga terlempar ke tembok dan memerintahkan rekannya untuk membawa Majed ke
ruang lainnya untuk di salibkan.
“Dalam penghinaan terakhir, para penjaga mencabut pakaianku,
lalu mengikat kedua tangan dan kakiku serta leherku ke sebuah balok salib dan
membiarkan saya tergantung di kayu salib tersebut selama dua dan setengah (2,5)
hari. Diakhir 2,5 hari tersebut, mereka menoreh-noreh bahu sebelah kananku
dengan pisau, lalu menaruh lemon (jeruk nipis) dan garam pada daging yang robek
tersebut.”
Majed kehilangan kesadarannya, dan ketika ia terbangun ia
ternyata ada dirumah sakit. ”Hanya satu hal yang saya ingat saat itu adalah
rasa dan bau dari darahku sendiri,” Majed mengingat.
Ia sungguh kehausan saat itu, lalu dalam penglihatan malam,
ia melihat Tuhan Yesus datang kepadanya dan memberi minum dari tangan-Nya dan
berkata, “Jika kamu minum air-Ku, mengapa kamu masih butuh air yang lain?”
Seminggu kemudian dia pulih total.
Seorang penjaga
penjara di rumah sakit itu memberikan informasi kepadanya bahwa langkah
berikutnya ia akan ada dieksekusi, Jadi ia melarikan diri melalui sebuah
jendela belakang rumah sakit.
Pemerintah mengumumkan fatwa 100.000 dollar hadiah bagi
kepalanya, ”Wajahku munjul di TV dan di koran-koran, jadi saya tahu bahwa saya
tidak dapat tetap tinggal di Mesir,” katanya.
Dengan mengendarai sebuah jet ski ia melintasi Laut Merah,
menyeberangi Padang gurun Sinai dan menyerahkan dirinya pada pemerintah Israel,
dimana di Israel yang ditahan selama 16 bulan sementara PBB dan Amnesty
Internasional menyelidiki ceritanya sebelum pada akhirnya ia dianugrahi status
pengungsi politik dan berimigrasi ke Toronto, Kanada.
[Perlu diingat berada di tahanan Israel bagi orang yang
memiliki kasus seperti Majed ini, itu adalah tempat teraman. Hal ini disadari
dengan baik oleh Mosab Hassan Yousef, putra dari pendiri dan pemimpin senior
Organisasi Hamas, Sheikh Hassan Yousef. Ketika Mosab akhirnya membuka dirinya
ke media bahwa ia telah pindah dari pembela Hamas menjadi agen mata-mata
Israel, yang membuat pengikut Hamas mencap dia sebagai ”penghianat Islam” dan
berita murtadnya Mosab sempat hangat dimedia internasional selama
berbulan-bulan, dari pengakuan dirinya sendiri, baik di media maupun di bukunya
”Son of Hamas” kita tahu bahwa Hassan Yousef, ayahnya, masih berada dipenjara
Israel, dan Mosab berterima kasih kepada pemerintah Israel untuk keamanan
ayahnya.]
Pada kesaksian ini ia berkata, ”Semua hal ini telah merubah
kehidupanku. Saya sekarang tidak akan menyerah sebab saya tahu banyak orang
sedang melalui itu (aniaya berat yang ia juga pernah alami).” – Setiap tahun,
165,000 orang Kristen dibunuh karena iman-iman mereka, ia memberi gambaran.
Kepada semua pemerintah yang menaniaya orang Kristen, Majed
El Shafie menawarkan pesan ini:
”Orang-orang Kristen yang teraniaya mati berjatuhan, tetapi
mereka tetap tersenyum. Mereka ada di dalam sebuah tanah pertambangan yang
dalam, tetapi mereka memegang lampu TUHAN YESUS. Kalian dapat membunuh pemimpi
tersebut, namun kalian tidak akan dapat membunuh mimpinya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar