Video Kesaksian Kamal Saleem Mantan Penjihad dan Teroris
Bertobat dan Menjadi Pengikut Yesus
Kamal Saleem lahir dari keluarga Muslim Sunni, besar di Libanon Timur Tengah. Kamal direkrut oleh Ikhwanul Muslimin pada usia dini dan menyelesaikan misi pertamanya ke Israel pada usia tujuh. Kamal juga direkrut oleh Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan kelompok Muslim radikal lainnya. Dilatih untuk misi teror terhadap Israel. Kamal bertahun-tahun mengikuti pelatihan Islam radikal, mengakibatkan Kamal menguasai setiap bentuk taktik ekstrimis memecah belah. Kamal meninggalkan keluarga dan rumahnya di Timur Tengah sebagai orang muda untuk memasuki bidang misinya: Amerika Serikat. Dia membawa sebuah semangat yang luar biasa untuk mengkonversi sebanyak Kristen dan Yahudi mungkin untuk kemuliaan Tuhannya. Ia menerapkan rencananya, dan bekerja secara efektif dalam apa yang sekarang kita kenal sebagai "Stealth" Jihad budaya (Al-Kitmen). Dari usia muda ia diajar bahwa prestasi paling tinggi yang dia bisa capai dalam hidup adalah untuk menjadi martir saat membunuh orang-orang kafir, yaitu orang-orang Kristen, Yahudi, dan Amerika. Dia menyusup Amerika Serikat dengan tujuan tunggal mengkonversi orang lain untuk Islam radikal.
Beberapa Muslim radikal percaya bahwa non-Muslim yang menolak untuk berpindah agama mengikuti Islam harus mati. Memoir of teroris adalah kisah nyata dari kehidupan teroris seperti yang sejak telah meninggalkan partisipasi maut dalam jihad, atau "perang suci." Memoarnya menyampaikan pesan penting kepada Amerika untuk waspada karena bahaya teroris yang masih melaksanakan rancangan mereka yang berbahaya dan merusak. Namun, peristiwa kecelakaan mobil mengubah
hidupnya menyebabkan dia mengevaluasi kembali pandangannya. Kamal datang untuk
melihat dan berjumpa dengan tiga orang Kristen yang baik, dan melalui mereka ia
melihat kasih Allah-akhirnya datang untuk mengenal Tuhan mereka juga. Sebagai
hasil dari cinta pemberian and pengorbanan mereka, Kamal mengakui kebutuhannya
untuk Kristus sebagai Juruselamat. Bukunya The
Blood of Lambs: A Former Terrorist's Memoir of Death and Redemption adalah
kisah memukau nya yang membuktikan kekuatan cinta dan kebebasan.
Kesaksian Majed El Shafie Menemukan dan Mengikuti Yesus Juruselamatnya
Banyak orang di Timur Tengah, menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa
ibu, sedang mengalami pengalaman nyata berkaitan dengan kebenaran isi Alkitab, Yesus Kristus menampakan diri-Nya dan melakukan mujizat-mujizat yang luar biasa. Pengalaman
pribadi Majed El Shafie, seorang mahasiswa hukum lahir dan besar di Mesir adalah suatu kesaksian bahwa Alkitab
adalah Firman Allah dan Yesus adalah Tuhan Yang Mahakuasa.
Tulisan kesaksian di bawah ini adalah kumpulan dari beberapa
sumber. Semoga menjadi berkat bagi
setiap orang yang membaca dan menyaksikan video kesaksian ini.
Kesaksian: Mantan Muslim Merasakan Mukjizat Yesus
Sid Roth: Jesus Supernaturally rescues Moslem from Islamic
Police! (Judul asli video kesaksian)
Rev. Majed El Shafie – Egyptian Ex-Muslim Torture spurs man
to fight for religious freedom by MIKE MASLANIK
Tujuh hari siksaan yang sangat berat di penjara yang
paling ditakuti di seluruh Mesir tidak
membuat iman kepada Yesus Kristus dari Majed El Shafie gugur, sebaliknya siksaan berat
tersebut memacu dirinya untuk menolong orang-orang Kristen yang teraniaya di
seluruh dunia. Majed saat ini adalah
pendiri One Free World Ministires yang berpusat di Toronto, Kanada.
Majed terlahir di sebuah
keluarga Muslim sangat terpandang di Kairo, ibukota Mesir. Bapa dan
saudara laki-lakinya adalah para penasehat hukum yang sukses dan pamannya
bekerja sebagai Hakim Mahkamah Agung,
Majed sendiri adalah seorang yang mahasiswa hukum sebelum ia pindah dari Islam dan menjadi
seorang Kristen.
”Ketika kamu lahir kedalam
sebuah keluarga seperti ini, kamu memiliki banyak buku tentang hukum,
keadilan dan kebebasan,” Majed mengawali kesaksiannya.
Pada tahun ketiga pada kuliah
ilmu hukumnya di Alexandria, Majed terkejut mengetahui adalnya hukum
yang melarang pembangunan gedung-gedung gereja, namun mengijinkan membangun
bar-bar dan diskotik-diskotik. Dan hukum itu juga melarang merenovasi
bangunan-bangunan gereja kuno. Orang-orang Kristen diperlakukan lebih buruk dari masyarakat-masyarakat kelas
dua.
[Mesir, dan negara-negara Afrika Utara, adalah negara-negara
mayoritas Kristen sebelum orang-orang Islam merebut negara tersebut dengan
pedang].
Terpukul oleh ketidak toleransian yang tidak masuk akal
tersebut, ia mulai mencurigai ajaran Islam dan bertanya kepada dirinya sendiri,
”Mengapa ada pengainayaan terhadap pengikut agama Kristen?” Sebagai
seorang calon sarjana hukum, dan di besarkan dalam keluarga yang selalu
berurusan dengan masalah hukum, ia
berkesimpulan: “Musuh mencoba untuk menutupi sesuatu, ada sesuatu yang
disembunyikan.” Pencarian kepada keadilan dan kebenaran mulai berlangsung dalam
jiwa mahasiswa hukum ini.
Majed menghubungi teman baiknya, Tamer, seorang Kristen,
menanyakan pertanyaan yang sama, “Tamer, kenapa ada penganiayaan terhadap
orang-orang Kristen?”
Teman takut hubungan persahabatan mereka menjadi terpecah
karena pertanyaan tersebut, maka ia memberikan Alkitabnya, dan berkata, ”Pada
kitab ini, kamu dapat menemukan jawaban-jawaban untuk setiap pertanyaan yang
kamu miliki.”
Saat pertama kali Majed membuka Alkitab tersebut ia membaca
Injil Yohanes pasal 8 cerita tentang bagaimana Yeshua menangani kasus seorang
wanita yang tertangkap basah saat berzinah, ”Saya temukan bahwa Alkitab berisi
tentang keadilan, kasih dan pengampunan, lebih dari sekedar tentang hukum.” ia
berkata. ”Ini adalah pertaman kalinya saya melihat pengampunan sejati.”
Sejak itu ia mulai membaca Alkitab bersamaan dengna Al-Quran
untuk memperbandingkan keduanya. Hampir setahun kemudian, ia datang kepada
Tamer dan berkata, ”Tamer, saya sekarang tahu apa itu Kekristenan. Kristen bukanlah suatu agama. Kekristenan bukanlah pergi ke gereja setiap minggu dan
bernyanyi “Haleluya,” “terpujilah TUHAN” dan begitu lagi sampai Minggu depan.
Kristianiti adalah suatu hubungan intim bersama TUHAN ALLAH. Saya percaya dan mau
menerima Yesus ke dalam hatiku.”
Majed berpindah menjadi Kristen dan memulai
mengorganisasi jemaat bawah tanah yang telah menarik 24.000 (dua puluh empat
ribu) jemaat hanya di dalam dua tahun saja. Ini benar-benar gereja bawah tanah,
sebab mereka mengadakan ibadah mereka di goa-goa dipinggiran kota Alexandria.
Sementara ia memimpin gereja bawah tanah tersebut, ia berdiri
melawan dua Goliat; hukum pemerintah yang tidak adil dan ajaran Al-Quran, yang
dipakai pemerintah untuk membenarkan menganiaya para umat Kristen melalui bukunya.
Tahun 1998, pagi-pagi sekali
lima tentara dan dua polisi mendobrak pintu rumahnya dan membawanya ke kantor polisi untuk
diinterogasi. Penganiayaan terhadap orang Kristen di Mesirtrogasi, Polisi mencoba
mendapatkan dari Majed nama-nama orang Kristen yang berhubungan dengan dirinya.
Majed menolak. Polisi mengancam: ”Jika kamu ingin bermain keras, kami dapat
bermain keras!”
Dia segera digiring ke Penjara Abu Za’abal di Kairo, suatu
tempat yang dikenal di Timur Tengah sebagai
”Neraka di Bumi.” Dia dipenjara dengan tuduhan perkara membangkitkan
revolusi, mencoba merubah agama Mesir dari Islam menjadi Kristianiti dan
”menyembah dan mengasihi Yesus Kristus Tuhan.”
Di Abu Za’abal, nama dan indentitas resminya diganti, agar
keluarga dan organisasi kemanusia tidak bisa menemukan dirinya; ini adalah
praktek umum petugas penjara tersebut.
Sementara ia dipenjarakan, petugas penjara mengancam. Pada
hari yang sama mereka membawa Majed ke bagian bawah penjara dan menyiksa dia
selama tujuh hari berturut-turut; setiap hari tingkat siksaan semakin berat.
Pada hari pertama, kembali mereka bertanya siapa nama-nama
rekan Kristennya. Majed tetap tutup mulut untuk hal itu. Maka mereka membotaki
kepalanya dan menguyurnya dengan air panas dan kemudian air yang sangat dingin.
Majed tetap tidak membuka rahasia, Hari kedua, mereka lalu menggantung dia terbalik, kaki diatas
kepala dibawah. Dalam posisi seperti ini ia dipukuli dengan ban pinggang,
disunduti oleh rokok yang membara dan jempol kuku kakinya dirusak. Majed tidak
terguncang.
Hari ketiga, ia dibawah ke sebuah sel dan sementara ia berada
di sana dengan segala lukanya, mereka memasukkan tiga anjing ke dalam sel penjara tersebut. Anjing-anjing
ini adalah binatang yang telah dilatih untuk menyerang manusia dan memakan
daging manusia.
Ketika ia melihat tiga anjing digiring ke kamar selnya, ia
pergi kepojok sel dan duduk disitu menutup wajah dengan tangannya menantikan
penderitaan yang akan menimpa dirinya.
Anjing-anjing semakin dekat, namun tiba-tiba keajaiban
terjadi, ia tidak lagi mendengar suara-suara mereka. Ia tidak mengerti, apa
yang sedang terjadi, maka, “Saya angkat kedua tanganku dari mukaku untuk
melihat apa yang sedang terjadi.” Ternyata ketiga anjing tersebut hanya
duduk-duduk saja, sekalipun tuan mereka memerintahkan untuk menyerang. Merasa
tidak percaya apa yang petugas ini saksikan, ia membawa ketiga anjing itu
keluar dan meminta kepada rekannya tiga anjing yang lain. Ternyata peristiwa
mujizat itu berulang lagi, bahkan seekor anjing menghampirinya dan mulai
menjilati mukanya. [Telah diketahui umum, luka-luka pada kulit akan sembuh
segera melalui air liur anjing]. Mereka melihat mujizat Elohim di depan mata
mereka terjadi pada pemuda Kristen ini.
Hari keempat, petugas nomor 27, orang yang tinggi besar,
memasuki selnya dan berkata, “Dengarkan, berikan nama-nama teman kamu dan saya
akan melepaskanmu. Saya akan berikan kamu apa saja yang kamu mau, rumah besar,
mobil baru, wanita-wanita cantik? Akan saya berikan!
”Saya terima tawaran kamu!” Majed berkata, ”Namun
pertama-tama, saya belum makan selama tiga hari, bawalah makanan dan setelah
itu kita bisa bicara.” Ia mendapat makanan.
”Sekarang kamu beri saya tahu nama orang-orang yang bekerja
denganmu?” petugas itu berkata.
”Dengar, kelompok kami adalah kelompok yang sangat besar.
Saya tidak bisa memberikan semua nama mereka dan saya sendiri tidak bisa
mengingat semuanya. Namun, saya akan memberikan nama ketua kami. Kamu bisa
tangkap dia dan dia bisa memberikan dengan tepat nama semua anggota.”
”Saya pikir kamu adalah pemimpinya.”
”Bukan tuan, saya hanyalah seorang pelayan,” Majed menjawab
”Nama ketua kami adalah Yeshua Ha Mashiah. Jika Anda bisa
menangkap-Nya, tangkaplah.”
Penjaga nomor 27 ini marah besar. Ia menempeleng Majed
sehingga terlempar ke tembok dan memerintahkan rekannya untuk membawa Majed ke
ruang lainnya untuk di salibkan.
“Dalam penghinaan terakhir, para penjaga mencabut pakaianku,
lalu mengikat kedua tangan dan kakiku serta leherku ke sebuah balok salib dan
membiarkan saya tergantung di kayu salib tersebut selama dua dan setengah (2,5)
hari. Diakhir 2,5 hari tersebut, mereka menoreh-noreh bahu sebelah kananku
dengan pisau, lalu menaruh lemon (jeruk nipis) dan garam pada daging yang robek
tersebut.”
Majed kehilangan kesadarannya, dan ketika ia terbangun ia
ternyata ada dirumah sakit. ”Hanya satu hal yang saya ingat saat itu adalah
rasa dan bau dari darahku sendiri,” Majed mengingat.
Ia sungguh kehausan saat itu, lalu dalam penglihatan malam,
ia melihat Tuhan Yesus datang kepadanya dan memberi minum dari tangan-Nya dan
berkata, “Jika kamu minum air-Ku, mengapa kamu masih butuh air yang lain?”
Seminggu kemudian dia pulih total.
Seorang penjaga
penjara di rumah sakit itu memberikan informasi kepadanya bahwa langkah
berikutnya ia akan ada dieksekusi, Jadi ia melarikan diri melalui sebuah
jendela belakang rumah sakit.
Pemerintah mengumumkan fatwa 100.000 dollar hadiah bagi
kepalanya, ”Wajahku munjul di TV dan di koran-koran, jadi saya tahu bahwa saya
tidak dapat tetap tinggal di Mesir,” katanya.
Dengan mengendarai sebuah jet ski ia melintasi Laut Merah,
menyeberangi Padang gurun Sinai dan menyerahkan dirinya pada pemerintah Israel,
dimana di Israel yang ditahan selama 16 bulan sementara PBB dan Amnesty
Internasional menyelidiki ceritanya sebelum pada akhirnya ia dianugrahi status
pengungsi politik dan berimigrasi ke Toronto, Kanada.
[Perlu diingat berada di tahanan Israel bagi orang yang
memiliki kasus seperti Majed ini, itu adalah tempat teraman. Hal ini disadari
dengan baik oleh Mosab Hassan Yousef, putra dari pendiri dan pemimpin senior
Organisasi Hamas, Sheikh Hassan Yousef. Ketika Mosab akhirnya membuka dirinya
ke media bahwa ia telah pindah dari pembela Hamas menjadi agen mata-mata
Israel, yang membuat pengikut Hamas mencap dia sebagai ”penghianat Islam” dan
berita murtadnya Mosab sempat hangat dimedia internasional selama
berbulan-bulan, dari pengakuan dirinya sendiri, baik di media maupun di bukunya
”Son of Hamas” kita tahu bahwa Hassan Yousef, ayahnya, masih berada dipenjara
Israel, dan Mosab berterima kasih kepada pemerintah Israel untuk keamanan
ayahnya.]
Pada kesaksian ini ia berkata, ”Semua hal ini telah merubah
kehidupanku. Saya sekarang tidak akan menyerah sebab saya tahu banyak orang
sedang melalui itu (aniaya berat yang ia juga pernah alami).” – Setiap tahun,
165,000 orang Kristen dibunuh karena iman-iman mereka, ia memberi gambaran.
Kepada semua pemerintah yang menaniaya orang Kristen, Majed
El Shafie menawarkan pesan ini:
”Orang-orang Kristen yang teraniaya mati berjatuhan, tetapi
mereka tetap tersenyum. Mereka ada di dalam sebuah tanah pertambangan yang
dalam, tetapi mereka memegang lampu TUHAN YESUS. Kalian dapat membunuh pemimpi
tersebut, namun kalian tidak akan dapat membunuh mimpinya.”
Video Kesaksian Nabeel Qureshi Mengikut Yesus Meninggalkan Islam
Pada
waktu aku masih kecil, orang tuaku sangat taat beribadah. Akupun jadi sangat
taat karenanya. Orang tuaku selalu mengajarkan aku sembahyang kepada “Allah“
lima kali sehari. Setidak-tidaknya aku harus mengikuti sembahyang wajib dan
selain itu aku bebas berdoa apapun pada waktu luangku. Sembahyang adalah bagian
esensial dari hidupku. Aku bangun pagi, aku mengucapkan doa pagiku tepat
setelah aku membuka mata. Kalau aku pergi ke kamar mandi ada doa yang aku harus
kubacakan sebelum cuci tangan. Ada doa yang kubacakan sebelum dan setelah
membaca Kuran tiap hari. Kemudian pergi ke sekolah setelah doa pagi lalu pada
sore hari membaca doa sore. Jadi Islam tertanam dalam diriku dan karena itu
orang tuaku sangat sangat bangga terhadap aku. Aku adalah seorang anak muslim
yang mereka harapkan. Aku berasal dari garis keturunan pendakwah dan keluargaku
memperlakukan Islam sebagai bagian integral dari hidup mereka dan bukan sesuatu
hal sampingan. Jadi “Allah“ dan nabi Islam yaitu Muhammad sangat dihormati dan
setiap saat kami sangat menyembah “Allah“. Islam bukan semata-mata agama tetapi
‘Jalan Hidup‘ dan Islam adalah kami dan bukan sesuatu yang kami ikuti. Islam
bukanlah sesuatu yang aku yang aku abaikan begitu saja. Islam adalah jalanku
dan keberadaanku.
Aku
terlibat dalam lomba pidato dan debat saat pertama kali aku masuk universitas.
Aku berumur delapan belas tahun waktu itu. Teman setimku bernama David. David
dan aku menempati satu kamar dan sebelum tidur malam itu dia keluarkan sebuah
Alkitab. Aku jarang sekali melihat orang membaca Alkitab pada waktu senggang
mereka. Aku pernah dengar orang berkhotbah dari Alkitab dan merujuk kepada
Alkitab tapi aku tidak pernah melihat orang membacanya pada waktu senggang
mereka. Aku katakan kepada David, “David, kamu pasti tahu bahwa Alkitab itu
sudah dirubah, bukan? Kamu tahu bahwa kitab itu sudah dirubah dan bukan lagi
yang asli yang diwahyukan kepada Kristus ratusan tahu yang lalu, bukan?“
Tanpa
aku sadari ternyata David adalah seorang apologis yang sudah malang melintang.
Dia telah mempelajari Alkitab, kanon Alkitab, alasan percaya Alkitab, dan
alasan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan. Jadi, dia siap menjawab pertanyaanku.
Jauh lebih siap daripada yang aku perkirakan. Dia berkata “Kamu tahu Alkitab
belum berubah. Kita dapat menguji seberapa banyak sudah berubah. Ada ilmu yang
bernama kritik teks yang memungkinkan kita memperkirakan kira-kira berapa
banyak naskah yang ada bervariasi dari yang asli. Aku mempelajarinya dan mulai
menyadari “Hey, Alkitab tidak berubah sebanyak itu.” Aku mulai menyadari
tampaknya tidak ada doktrin yang telah berubah sehingga sejak awal Alkitab
menyatakan bahwa “Kristus adalah Tuhan, Dia mati demi dosa kita, bangkit dari
kematian pada hari ketiga, dan tidak mengatakan yang berbeda dari itu.”
Beberapa
tahun kemudian aku mulai sadar bahwa mungkin aku salah. Setelah beberapa tahun
berdebat dan mempelajari berbagai isu ini aku menyadari ada puluhan ribu
dokumen yang menunjukkan bahwa Alkitab yang ada saat ini masih dekat dengan
Firman yang diwahyukan pada awalnya dan Kristus memang mengklaim diri sebagai
Tuhan dan ada bukti untuk itu dan tidak ada banyak bukti untuk [klaim] Islam.
Aku
perlu sekitar tiga setengah tahun untuk menyadari bahwa semua ini benar.
Kusadari semua yang telah diajarkan padaku; aku mengasihi “Allah“, aku
mengasihi Islam, aku mengasihi orang tuaku, aku mengasihi Muhammad, semua yang
telah diajarkan kepadaku, namun semua itu tidak membuat [yang kupercayai]
menjadi benar. Aku memohon kepada Tuhan; “Tuhan aku tidak dapat mengetahui
kebenaran tanpa Engkau. Tolong tunjukkan kebenaran kepadaku! Sebarapapun yang
aku harus lakukan, betapapun sakitnya, siapapun dalam keluargaku yang akan
meninggalkan aku, siapapun temanku yang akan meninggalkan aku, apapun yang
perlu untuk itu, aku akan menjalani jalan itu.“ Aku ingat kembali apa yang
kulakukan, aku tidak tahu apa yang telah ku lakukan. Aku di pinggir tempat
tidur hotel dan aku telah berdoa. Aku berdoa dan berdoa kepada Tuhan, namun
kali ini aku berdoa dengan segala kerendahan hati yang aku bisa lakukan. Aku
benar-benar hancur. Aku katakan kepada Tuhan “Tuhan, aku tidak tahu, aku tidak
dapat tahu. Hidupku dalam kekekalan sementara dipertaruhkan. Aku minta Engkau
menyatakan kebenaran itu kepadaku entah lewat visi, mimpi atau apapun.“
Malam
itu waktu aku telah berdoa, ayahku tidur di tempat tidur sebelahku. Aku di
tempat tidurku sendiri. Kami di kamar hotel waktu itu. Dia sudah tidur waktu
itu. Waktu itu masih ada secercah cahaya di dalam kamar tetapi setelah aku
berdoa, segala sesuatu menjadi gelap. Tidak ada lagi cahaya dalam kamar itu.
Lalu di depan ku tampak ratusan, atau ratusan ribu salib. Aku mengamatinya
dengan mata terbelalak. Dan secepat gambaran itu datang, secepat itu juga
pergi. Aku tahu itu terjadi. Aku tahu aku baru saja mendapat visi. Aku tidak
mau percaya jadi aku memandang kepada Tuhan dan berkata “Tuhan, itu belum jadi
bukti! Mungkin saja mataku yang tertipu. Mungkin di bawah sadarku aku memang
mau percaya kekristenan benar. Melihat banyak salib tidak berarti apa-apa.
Tuhan tidak turun dan menunjukkan kepadaku. Mungkin juga itu visi, mungkin juga
tidak.“ Lalu aku katakan kepada Tuhan “Tuhan, lupakan permintaan akan visi itu.
Sekarang, tunjukkan diri dalam mimpi. Mimpi apapun yang mendukung kebenaran
dari yang telah aku lihat, maka aku akan menjadi kristen.“
Malam
itu aku bermimpi. Tidak butuh waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Hanya
butuh waktu beberapa jam. Tuhan memberiku mimpi waktu itu. Aku berdiri di depan
sebuah pintu sempit. Belum di pintu, tetapi ujung jari kakiku berada pada garis
pintu. Pintunya sempit. Lebarnya hanya sekitar tiga kaki. Cukup luas bagiku.
Tingginya sekitar lima sampai enam kaki. Cukup tinggi bagiku untuk lewati. Yang
kulihat itu bukan hanya pintu tetapi sebuah lorong yang ukuran tinggi dan
lebarnya seperti pintu. Di ujung yang satunya ada temanku David yang sedang
duduk di sebelah sebuah meja. Di dalam ruangan itu ada ratusan orang yang juga
memiliki meja. Ada makanan di depan mereka dan mereka sudah siap makan tetapi
mereka belum mulai makan sama sekali. Mereka seperti menunggu seorang pembicara
untuk memulai acara apapun itu dan menutup pintu untuk memulai kegiatan. Tetapi
mereka belum mulai makan. Aku katakan kepada David, “Aku pikir kita akan makan
bersama.“ Tanpa menoleh David menjawabku, “Kamu tidak pernah memberi
tanggapan.“ Itulah mimpinya. Aku berdiri di depan lorong sempit berkata “Aku
pikir kita akan makan bersama.“ dan David yang hendak berpesta dan berkata
“Kamu tidak pernah memberi respon.“
Aku
langsung bangun mengingat mimpi itu dan menyadari kamar [dalam mimpi] itu
surga. Kamar itu adalah kerajaan Tuhan. Aku belum menjadi bagian dari kamar itu
karena aku belum memberi respon. Tuhan memberiku mimpi yang sangat jelas yang
tidak perlu ku interpretasi. Lebih jelas lagi karena beberapa jam setelah itu
aku menelepon David dan mengatakan “David, aku bermimpi seperti ini.“ David
berkata kepadaku, “Aku tidak perlu memberi pendapatku tentang hal itu. Hal itu
sudah tercantum dalam Alkitab.“ Aku katakan, “Apa??“ Jawab David, “Buka Lukas
13“ Aku membuka Lukas 13 ayat 20-29 dan membacanya. Di dalamnya ada orang yang
bertanya kepada Kristus apakah akan banyak orang yang akan masuk surga dan Dia
menyatakan bahwa banyak orang mencoba tapi hanya sedikit yang akan berhasil.
Masuklah melalui pintu sempit dan orang akan berdiri di pintu itu dan mengetuk.
Itulah yang terjadi dalam mimpiku. Aku berada di pintu, pintu belum tertutup,
masih ada kesempatan untuk masuk ke ruang pesta. Aku hanya perlu memberi
respon. Saat itu aku sadari apa yang harus kulakukan. Aku menyadari bahwa Islam
mungkin bukan kebenaran dan Tuhan menarik aku kepada-Nya walaupun aku tidak
punya keinginan untuk ditarik. Aku meronta-ronta. Namun Dia menarikku menuju
kepada Kebenaran. Hal itu benar-benar menyakitkan.
Aku
benar-benar meratap waktu itu. Saat ke kampus satu hari, aku benar-benar
meratap. Kukatakan kepada Tuhan, “ Tuhan, berikan aku waktu beberapa hari untuk
menangis. Aku perlu menangis. Ada orang yang mengasihiku yang mungkin aku akan
kehilangan atau yang mungkin akan mati karena mendengar semua ini. Ijinkan aku
menangis.“ Aku kembali ke apartemenku dan aku membaca Kuran dan tidak ada yang
bisa membantu di sana. Aku membuka Alkitab kitab Matius dan aku bahkan belum
selesai pasal 5 dan disana dikatakan “Berbahagialah yang menangis, karena mereka
akan dihibur. Aku membaca Ayub dan semua kesedihan di sana. Tuhan meringankan
bebanku lewat Alkitab Firman-Nya bukan lewat Kuran. Tidak ada apa-apa di Kuran
yang dapat membantuku. Kuran memberiku gambaran tentang kehidupan lamaku tetapi
tidak ada yang membantuku. Tidak ada sama sekali. Setiap kali aku membuka
Alkitab, selalu ada jawaban di sana.
Aku
meminta sesuatu kepada Tuhan dan bertanya-tanya bagaimana aku bisa mendapatkan
itu semua. Lalu aku membuka I Yohanes 5 ayat 14 sampai 5 dimana dikatakan bahwa
segala sesuatu yang kita minta akan kita dapatkan karena Dia mendengar kita.
Karena kita percaya dalam hati kita bahwa Kristus adalah Tuhan. Aku percaya
dalam hatiku bahwa Yesus adalah Tuhan tetapi aku tidak mengakuinya. Dalam kitab
yang sama yaitu I Yohanes bagaimana kita tahu [hal itu] kalau hati kita
menyalahkan kita? Dikatakan kalau kita percaya dan mengakui dalam hati dan
mengakui dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan, maka hati kita tidak akan
menyalahkan kita. Aku belum mengakui waktu itu. Aku belum tahu. Roma pasal 10
mengatakan hal yang sama. Dikatakan kalau kita percaya dalam hati bahwa Kristus
adalah Tuhan dan Dia bangkit pada hari ketiga, maka kita akan diselamatkan. Aku
belum mengaku saat itu.
Setelah
membaca Matius, aku terpukul. Dikatakan “tidak ada seorangpun yang menyangkali
Aku di depan manusia yang akan Aku terima dalam kerajaan surga. Setiap orang
yang menyangkali Aku akan Aku sangkali di hadapan Bapa-Ku dan setiap orang yang
menyatakan tentang Aku di hadapan manusia akan aku nyatakan di hadapan
Bapa-Ku.“ Pada saat itu aku tidak dapat menyangkali Kristus lagi. Aku tidak
dapat menyangkali Tuhan sama sekali. Aku tidak bisa lagi berpegang pada ajaran
yang telah aku pilih untuk percayai sebelum itu. Aku tidak punya alasan untuk
percaya semua itu kecuali bahwa aku dilahirkan dan dibesarkan dengan ajaran
tersebut. Aku mulai sadar bahwa semua yang kupercayai sebelumnya bukan
kebenaran dan aku harus menerima Kristus dalam hidupku. Aku meminta Roh Kudus
mengubah aku. Setelah berdoa, dunia menjadi berbeda. Aku melihat keluar jendela
dan terkejut seolah-olah disengat listrik. Aku telah mengeluarkan kata-kata
yang menurutku hanya kata-kata biasa tetapi semua itu permintaan kepada Tuhan
yang Dia genapi.
Pada
saat itu ketika Roh Kudus memenuhi aku, aku terdiam di posisi itu selama 10
menit seolah-olah aku baru tersengat listrik. Tidak bisa bergerak. Ketika
pertama kali aku bergerak dan melihat dunia, segala sesuatu benar-benar indah.
Ada harapan besar, ada makna dalam kehidupan. Saat itu aku sadar bahwa yang
penting bukanlah menjalani hidup sebagai seorang baik. Memang kita perlu
lakukan itu tetapi itu bukanlah segalanya. Tujuan utama hidup adalah memuji dan
menyembah satu-satunya Tuhan yang benar yang datang ke dunia ini dan mati demi
dosa kita sehingga kita dapat menghargai Dia, kita dapat menyembah Dia
sepenuhnya dengan riang dan sukacita seperti dikatakan Paulus dalam Filipi 4
“bersukacitalah senantiasa karena Tuhan dekat.“ Hidupku penuh arti sekarang
karena aku dapat pergi dan memberitakan Injil. Aku tidak hanya duduk dan
berkata “Hey, setiap orang yang melakukan perbuatan baik akan ke surga.“ Tidak,
ada makna dalam hidup. Orang perlu tahu apa yang telah dia lakukan dan
bagaimana posisi kita dalam hubungan dengan Tuhan.
Orang
harus tahu bahwa kita harus menyembah satu-satunya Tuhan yang benar dan
Puteranya Yesus Kristus yang datang untuk mati karena dosa kita. Kita harus
katakan kepada orang bahwa Tuhan satu, tetapi Dia satu dalam tiga dan tiga
dalam satu. Entah kita dapat memahami itu atau tidak, hal itu berada di luar
jangkauan. Kita tidak perlu memahami itu. Yang perlu kita lakukan adalah bahwa
Kristus adalah Tuhan dan Tuhan telah turun dalam bentuk seorang manusia. Muslim
memiliki kecenderungan untuk memandang itu sebagai ketidakmungkinan.
Tidak
ada alasan kenapa itu tidak mungkin. Tuhan bisa memilih untuk datang ke dunia
ini sebagai manusia. Tunjukkan kepadaku dalam Kuran atau dalam Hadits dimana
dikatakan bahwa hal itu tidak mungkin. Sebaliknya dalam Kitab Suci Islam ada
berbagai ayat yang mengatakan bahwa “Tuhan dapat melakukan apapun yang Dia
ingin lakukan.“ Pada hari terakhir kata Kuran waktu kita dihakimi, tidak ada
seorangpun bahkan muslim yang bisa mendapatkan jalan ke surga kecuali karena
anugerah Tuhan. Bahkan nabi Islam meminta pengikutnya untuk berdoa bagi
pengampunan untuk dia berkali-kali dalam sehari karena dia tidak tahu apakah
dia akan masuk ke surga atau tidak. Semua itu hanya karena anugerah Tuhan.
Anugerah yang bahkan diandalkan oleh muslim untuk masuk surga pada akhir jaman
adalah anugerah yang diandalkan oleh Kristen. Perbedaannya adalah Kristen
percaya bahwa Anugerah itu telah diberikan di atas kayu salib 2000 tahun yang
lalu. Dia menyediakan anugerah itu kepada kita. Anugerah yang sama harus kita
cari. Aku percaya bahwa kalau kita meminta Tuhan menunjukkan kebenaran, maka
Dia akan menunjukkan kebenaran itu.